Senin, 05 Januari 2015

Jurnal


ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE 2009-2013

Oleh :
Ameawati Nurjanah
20211664


ABSTRAKSI

            Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan untuk melaporkan perkembangan perusahaan baik kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak internal yaitu pemilik perusahaan dan manajemen, sedangkan pihak eksternal yaitu kreditur, pemerintah dan investor. Pihak-pihak tersebut dapat mengetahui suatu perusahaan sehat atau tidak dari analisis kinerja keuangan suatu perusahaan.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2009-2013, dengan menggunakan analisis rasio yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 2009-2013.
            Hasil analisis   menunjukkan bahwa PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2009-2013 memiliki kinerja keuangan yang cukup baik jika dilihat dari hasil perhitungan rasio likuiditas perusahaan pada tahun 2009-2013 dikatakan ilikuid. Lalu pada rasio solvabilitas perusahaan di tahun 2009-2013 dapat dikatakan insolvable atau tidak baik. Pada rasio aktivitas perusahaan tahun 2009-2013 dapat dikatakan sudah cukup produktif. Sedangkan rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2009-2013 dapat dikatakan profit.


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
            Di era globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang sulit untuk mengembangkan usahanya karena harus bersaing dengan perusahaan lainnya. Hal tersebut dikarenakan di dalam suatu kegiatan perusahaan, pada kenyataanya sebagai fokus kinerja perusahaan lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan dari suatu perusahaan adalah mencari laba yang sebesar-besarnya. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan kita perlu menganalisis kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan kita menganalisis kinerja keuangan tersebut akan diperoleh keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yang telah tercapai diwaktu lalu dan waktu yang sedang berjalan
            Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan untuk melaporkan perkembangan perusahaan baik  kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak internal yaitu pemilik perusahaan dan manajemen, sedangkan pihak eksternal yaitu kreditur, pemerintah dan investor. Bagi manajemen laporan keuangan adalah alat untuk mengevaluasi dan pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya
            Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja perusahaan. Analisis rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan. Dengan demikian analisis rasio keuangan digunakan manajemen untuk pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang, peningkatan efisiensi dari efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja.
            Penilaian kinerja dapat memberikan gambaran pengelolaan manajemen keuangan suatu perusahaan apakah telah berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu penghematan biaya operasional. Salah satu penilaian kinerja keuangan adalah analisis rasio keuangan, yang gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, khususnya perencanaan dan pengendalian untuk mendapatkan tolak ukur tertentu yang membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun sebelumnya dan sesudahnya. Adapun rasio keuangan yang umum digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas
            Salah satu industri yang berkembang di Indonesia adalah PT. Unilever Indonesia Tbk yang merupakan industri dari luar negeri. PT. Unilever Indonesia Tbk bergerak diberbagai macam bidang yaitu, home and personal care serta foods & ice cream. Ragam produk yang dihasilkan juga tersebar diberbagai daerah dan masyarakat Indonesia pun mengenal produk dari perusahaan ini.
            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis penulisan ilmiah dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE 2009-2013”

Rumusan Masalah
            Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat diambil adalah bagaimana kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk apabila dilihat dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas ?

Batasan Masalah
            Batasan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan data laporan keuangan perusahaan selama 5 periode yaitu dari tahun 2009 sampai dengan 2013, dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk apabila dilihat dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

Manfaat Akademis
            Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk dengan menggunakan analisis rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas.

Manfaat Praktis
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan yang positif bagi perusahaan dalam menganalisis dan mengambil keputusan dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
 
Alat Analisis
1.      Rasio Likuiditas, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial/keuangan jangka pendek.
a.       Current Ratio
Yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.
b.      Quick Ratio
Yaitu untuk mengetahui kemampunan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan.

2.      Rasio Solvabilitas/Leverage, yaitu rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
a.    Debt to Equity Ratio
Yaitu untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dari pihak kreditur.
b.      Debt to Assets Ratio
Yaitu untuk mengetahui berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang.

3.      Rasio Aktivitas, yaitu rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.
a.       Total Assets Turn Over
Yaitu untuk mengetahui perputaran aktiva dalam suatu periode tertentu.
b.      Inventory Turn Over
Yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan. Dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan.

4.      Rasio Profitabilitas, yaitu rasio untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
1.      Net Profit Margin
Yaitu rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.
2.      Return on Assets
Yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.



HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perhitungan Rasio pada PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2009-2013


2009
2010
2011
2012
2013
Rasio Likuiditas





·         Current Ratio
100%
85%
68%
66%
69%
·         Quick Ratio
63%
49%
40%
39%
44%
Rasio Solvabilitas





·         Debt to Equity Ratio
101%
114%
184%
202%
213%
·         Debt to Assets Ratio
50%
53%
64%
66%
68%
Rasio Aktivitas





·         Total Assets Turn Over
2,43x
2,26x
2,23x
2,27x
2,30x
·         Inventory Turn Over
7,01x
6,50x
6,76x
6,92x
7,22x
Rasio Profitabilitas





·         Net Profit Margin
16,68%
17,20%
17,73%
17,72%
17,40%
·         Return on Assets
40%
38%
39%
40%
40%
Sumber : Data diolah penulis

Berdasarkan hasil perhitungan rasio diatas maka dapat dianalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :

A.    Rasio Likuiditas

1.      Current Ratio
      Current ratio untuk tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan 15%, tahun 2010-2011 mengalami penurunan 17%, tahun 2011-2012 mengalami penurunan 2% dan tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 3%. Hal ini disebabkan adanya hutang lancar yang cukup besar terjadi pada tahun 2009 sebesar RP. 3.589.188, tahun 2010 sebesar 4.402.940, tahun 2011 sebesar Rp. 6.501.681, tahun 2012 sebesar Rp. 7.535.896 dan tahun 2013 sebesar Rp. 8.419.442 (lihat lampiran Neraca). Hal ini mengindikasikan adanya penurunan dan kenaikan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

2.      Quick Ratio
      Quick ratio pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun ketahun, tahun 2009-2010 mengalami penurunan 14%, tahun 2010-2011 mengalami penurunan 9%, tahun 2011-2012 mengalami penurunan 1% sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan 5%. Hal ini memberikan indikasi adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid yaitu berupa kas dan piutang. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan hutang lancar pada tahun 2009 sebesar RP. 3.589.188, tahun 2010 sebesar 4.402.940, tahun 2011 sebesar Rp. 6.501.681, tahun 2012 sebesar Rp. 7.535.896 dan tahun 2013 sebesar Rp. 8.419.442 (lihat lampiran Neraca).
 
B.     Rasio Solvabilitas

1.      Debt to Equity Ratio
      Debt to equity ratio untuk tahun 2009-2013 terjadi kenaikan terus menerus dari tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009-2010 mengalami kenaikan 13%, tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 70%, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 18%, tahun 2012-2013 mengalami kenaikan 11% yang mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menjamin total hutangnya dengan modal sendiri. Debt to equity ratio periode 2009-2013 tidak cukup baik karena angka rasionya pada umumnya diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah hutang lebih besar daripada modal sendiri, pada tahun 2009 total hutang sebesar Rp. 3.776.415 dan modal sendiri sebesar Rp. 3.708.575, tahun 2010 total hutang sebesar Rp. 4.652.409 dan modal sendiri sebesar Rp. 4.048.853, tahun 2011 total hutang sebesar Rp. 6.801.614 dan modal sendiri sebesar Rp. 3.680.937, tahun 2012 total hutang sebesar Rp. 8.016.614 dan modal sendiri sebesar Rp. 3.968.365, tahun 2013 total hutang sebesar Rp. 9.093.518 dan modal sendiri sebesar Rp. 4.254.670 (lihat lampiran neraca). Walaupun terdapat kemungkinan terbayarnya hutang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada.

2.      Debt to Assets Ratio
      Debt to assets ratio untuk tahun 2009-2013 tidak terjadi perubahan yang signifikan. Debt to assets ratio tahun 2009-2010 mengalami kenaikan 3%, tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 11%, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 2%, tahun 2012-2013 mengalami kenaikan 2%. Presentase debt to assets ratio masih diatas rata-rata industri yakni 50%, ini berarti dari jumlah aktiva pada tahun 2009 sebesar Rp. 7.484.990 yang dimiliki perusahaan dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 3.776.415, jumlah aktiva pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.701.262 dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 4.652.409, jumlah aktiva pada tahun 2011 sebesar Rp. 10.482.312 dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 6.801.375, jumlah aktiva pada tahun 2012 sebesar Rp. 11.984.979 dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 8.016.614, jumlah aktiva pada tahun 2013 sebesar Rp. 13.348.188 dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 9.093.518 (lihat lampiran neraca). Apabila terjadi krisis moneter perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam menutupi hutang-hutangnya.

C.     Rasio Aktivitas

1.      Total Assets Turn over
      Total assets turn over periode 2009-2013 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan 0,17x, tahun 2010-2011 mengalami penurunan 0,03x, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 0,04x, tahun 2012-2013  mengalami kenaikan 0,03x. Hal ini menggambarkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Pada tahun 2009 perusahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 18.246.872 dengan jumlah aktiva sebesar Rp. 7.484.990, tahun 2010 perusahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 19.690.239 dengan jumlah aktiva sebesar Rp.8.701.262, tahun 2011 perusahaan menghasilkanpenjualan  sebesar Rp. 23.469.218 dengan jumlah aktiva sebesar 10.482.312, tahun 2012 perusahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 27.303.248 dengan jumlah aktiva sebesar Rp. 11.984.979, tahun 2013 perudahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 30.757.435 dengan jumlah aktiva sebesar Rp. 13.348.188 (lihat lampiran neraca dan laporan laba rugi). Perusahaan lebih efisien menggunakan aset-asetnya dalam menghasilkan penjualan, dimana hal tersebut merupakan faktor penentu dalam pengembalian pendapatan usaha atas investasi.

2.      Inventory Turn over
      Inventory turn over untuk tahun 2009-2010 mengalami penurunan 0,51x, sedangkan tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 0,26x, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 0,16x, tahun 2012-2013 mengalami kenaikan 0,30x. Hal ini disebabkan meningkatnya harga pokok penjualan pada tahun 2009 sebesar Rp. 9.205.131, tahun 2010 sebesar Rp. 9.485.274, tahun 2011 sebesar Rp. 11.462.805, tahun 2012 sebesar Rp. 13.414.122, tahun 2013 sebesar Rp. 14.978.947. Serta meningkatnya persediaan pada tahun 2009 sebesar Rp. . 1.312.365, tahun 2010 sebesar Rp. 1.457.048, tahun 2011 sebesar Rp. 1.693.440, tahun 2012 sebesar Rp. 1.937.360, tahun 2013 sebesar Rp. 2.073.115 (lihat lampiran neraca dan laporan laba rugi).

D.    Rasio Profitabilitas

1.      Net Profit Margin
      Net profit margin tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2009-2010 mengalami kenaikan 0,52%, tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 0,53%, tahun 2011-2012 mengalami penurunan 0,01%, tahun 2012-2013 mengalami penurunan 0,32% tetapi presentase masih dibawah 20%. Kondisi ini kurang baik, karena penjualan bersih pada tahun 2009 sebesar Rp. 18.246.872, tahun 2010 sebesar Rp. 19.690.239, tahun 2011 sebesar Rp. 23.469.218, tahun 2012 sebesar Rp. 27.303.248, tahun 2013 sebesar Rp. 30.757.435 yang dilakukan perusahaan mengalami laba yang kurang memuaskan tahun 2009 sebesar Rp. 3.044.107, tahun 2010 sebesar Rp. 3.386.970, tahun 2011 sebesar Rp. 4.163.369, tahun 2012 sebesar Rp. 4.839.277, dan tahun 2013 sebesar Rp. 5.352.625 (lihat lampiran laporan laba rugi). Hal ini menggambarkan setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih mengalami kenaikan dan penurunan.

2.      Return on Assets
      Return on assets untuk tahun 2009-2010 mengalami penurunan 2%, tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 1%, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 1%, tahun 2012-2013 tidak megalami kenaikan ataupun penurunan. Hal ini memberikan indikasi bahwa kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktiva pada tahun 2009 sebesar Rp. 7.484.990, tahun 2010 sebesar Rp. 8.701.262 untuk memperoleh laba bersih tahun 2009 sebesar Rp. 3.044.107, tahun 2010 sebesar Rp. 3.386.970 menurun. Pada tahun 2011-2013 terjadi peningkatan, artinya kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktiva pada tahun 2011 sebesar Rp. 10.482.312, tahun 2012 sebesar Rp. 11.984.979, tahun 2013 sebesar Rp. 13.348.188 untuk memperoleh laba bersih tahun 2011 sebesar Rp. 4.163.369, tahun 2012 sebesar Rp. 4.839.277, tahun 2013 sebesar Rp. 5.352.625 meningkat (lihat lampiran neraca dan laporan laba rugi). Return on assets periode 2009-2013  mengalami fluktuasi, tetapi fluktuasi tersebut diatas 30%. Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto cukup baik

Rangkuman Hasil Pembahasan
      Dari hasil analisis rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas pada PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2009-2013, maka dapat diketahui rangkuman analisisnya sebagai berikut :

2009
2010
2011
2012
2013
Keterangan
Rasio Likuiditas






·         Current Ratio
100%
85%
68%
66%
69%
Perusahaan dikatakan ilikuid karena current ratio berada dibawah standar industri yaitu 200%
·         Quick Ratio
63%
49%
40%
39%
44%
Perusahaan dikatakan ilikuid karena quick ratio berada dibawah standar industri yaitu 150%
Rasio Solvabilitas






·         Debt to Equity Ratio
101%
114%
184%
202%
213%
Perusahaan dikatakan insolvable karena debt to equity ratio berada diatas standar industri yaitu 100%
·         Debt to Assets Ratio
50%
53%
64%
66%
68%
Perusahaan dikatakan insolvable karena debt to assets ratio berada diatas standar industri yaitu 50%
Rasio Aktivitas






·         Total Assets Turn Over
2,43x
2,26x
2,23x
2,27x
2,30x
Aktivitas perusahaan sudah cukup produktif karena total assets turn over berputar diatas 1x dalam satu tahun
·         Inventory Turn Over
7,01x
6,50x
6,76x
6,92x
7,22x
Aktivitas perusahaan sudah cukup produktif karena rasio perputaran persediaan yang ideal adalah 6x dalam satu tahun
Rasio Profitabilitas






·         Net Profit Margin
16,68%
17,20%
17,73%
17,72%
17,40%
Perusahaan dikatakan profit karena net profit margin berada diatas standar industri yaitu 10%
·         Return on Assets
40%
38%
39%
40%
40%
Perusahaan dikatakan profit karena return on aseets berada diatas standar industri yaitu  30%
Sumber : Data diolah penulis


PENUTUP

Kesimpulan
            Dari hasil uraian diatas lebih dikemukakan yaitu analisis laporan kinerja keuangan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa posisi keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2009-2013 jika dilihat dari rasio Likuiditas pada perusahaan dikatakan tidak stabil, karena dilihat dari Current Ratio jumlah aktiva lancar pada tahun 2009 lebih besar dari hutang lancar, maka pada tahun 2009 perusahaan dikatakan likuid. Sedangkan pada tahun 2010 sampai dengan 2013 jumlah aktiva lancar lebih kecil daripada hutang lancar. Yang disebabkan adanya peningkatan kewajiban lancar yang cukup besar terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan adanya penurunan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Jika dilihat dari Quick Ratio pada tahun 2009 sampai dengan 2012 terus mengalami penurunan, hal ini memberikan indikasi adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid yaitu berupa kas dan piutang. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan kewajiban lancar dan penurunan kas. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan, hal ini memberikan indikasi adanya kenaikan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Kondisi perusahaan dalam keadaan ilikuid karena perusahaan tidak dapat melunasi hutang lancar dengan aktiva lancar.
            Rasio Solvabilitas PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari indikator rasionya yaitu Debt to Equity Ratio dan Debt to Assets Ratio, maka perusahaan dapat memenuhi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Debt to Equity Ratio periode 2009-2013 tidak cukup baik karena angka rasionya pada umumnya diatas 100%, rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah hutang lebih besar dari pada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayarnya hutang dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada. Jika dilihat dari Debt to Assets Ratio periode 2009-2013 diatas 50% ini berarti dari jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijaminkan untuk total hutangnya. Kondisi perusahaan dalam keadaan insolvable karena jumlah hutang lebih besar dari pada jumlah modal.
            Rasio Aktivitas PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari indikator rasionya yaitu Total Assets Turn Over mengalami fluktuasi pada tahun 2009-2013. Hal ini menggambarkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Inventory Turn Over untuk tahun 2009-2010 terjadi penurunan, sedangkan tahun 2010-2013 mengalami kenaikan, artinya rata-rata persediaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dilihat dari kedua indikator rasionya dapat dikatakan efektif karena tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ketahun dan aktivitas perusahaan cukup produktif.
            Rasio Profitabilitas PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari indikator rasionya yaitu Net profit margin dari tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi, hal ini menggambarkan setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih mengalami kenaikan dan penurunan. Tetapi masih dibawah 20%, kondisi ini kurang baik karena penjualan bersih yang dilakukan perusahaan menghasilkan laba yang kurang memuaskan. Return on Assets tahun 2009-2010 mengalami penurunan, sedangkan tahun 2010-2013 mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan tingkat pengembalian aktiva mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Dilihat dari kedua indikator rasionya dapat dikatakan profit karena laba yang dihasilkan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
            Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia tahun 2009-2013. Perusahaan memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, walaupun dilihat dari rasio likuiditas perusahaan dalam keadaan inlikuid dan jika dilihat dari rasio solvabilitas perusahaan dalam keadaaninsolvable dan perusahaan juga menjalankan aktivitas perusahaan dengan efektif. Dan dilihat dari rasio profitabilitas perusahaan dalam keadaan profit.

Saran
            Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebatas pengetahuan penulis yaitu, dengan meningkatnya tingkat likuidasi dari tahun ke tahun yang diperoleh PT. Unilever Indonesia Tbk, memudahkan  perusahaan ini untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan segera. Perusahaan hendaknya memikirkan kembali kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya agar dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan lagi tingkat likuiditas.
            Rasio solvabilitas pada PT. Unilever Indonesia Tbk sudah cukup baik, namun Debt to Equity Ratio nya harus diperhatikan karena diatas 100%. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara meningkatkan laba yang diperoleh dan mengurangi hutang.
            Untuk meningkatkan tingkat aktivitas, perusahaan disarankan dapat memperbaiki kinerja keuangannya melalui pemberdayaan aktiva yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan/penjualan sehingga akan meningkatkan perputaran assets.
            Rasio profitabilitas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah penjualan, sehingga penghasilan yang didapat juga meningkat. Selain itu biaya-biaya harus ditekan seefektif mungkin sehingga modal perusahaan dapat dipergunakan dengan baik.
            Perusahaan sudah dalam keadaan kinerja keuangan yang cukup baik jika dilihat dari rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hanya pada rasio likuiditas dan solvabilitas saja yang memerlukan peningkatan kembali.
 
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, MBA., Akt & Ashari, SE., Akt. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Keown, Arthur J., et al. 2008. Prinsip dan Penerapan Manajemen Keuangan. PT. Indeks

Sartono, R, Agus. 2005. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Soewarso, dkk. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Karunika Universitas Terbuka.

Adi Kusumo, Yunanto. 2008 “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 dengan pendekatan PBI”.http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/165/130. 03 Juli 2014

Firmansyah Saragih, Arie. 2011 “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional”. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jakt/article/download/656/460. 03 Juli 2014

Nanda Wijaya, Maruf. 2012 ”Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada PT. PLN periode 2007-2011”.http://library.gunadarma.ac.id/epaper. 02 Juli 2014

Ratna Dewi, Farida. 2010 “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added”. http://manajemen.fem.ipb.ac.id/images/uploads/4._Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan.pdf. 03 Juli 2014

Welas. 2005 “Analisis Kinerja Keuangan dengan PendekatanSistem DU PONT”. http://fe.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/5d-JURNAL-4-WELAS.pdf.  03 Juli 2014





Tidak ada komentar:

Posting Komentar