Oleh :
Ameawati Nurjanah
20211664
ABSTRAKSI
Laporan keuangan merupakan media
informasi yang digunakan untuk melaporkan perkembangan perusahaan baik kepada
pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak internal yaitu pemilik
perusahaan dan manajemen, sedangkan pihak eksternal yaitu kreditur, pemerintah
dan investor. Pihak-pihak tersebut dapat mengetahui suatu perusahaan sehat atau
tidak dari analisis kinerja keuangan suatu perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2009-2013,
dengan menggunakan analisis rasio yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Data yang digunakan merupakan data
sekunder berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 2009-2013.
Hasil analisis menunjukkan bahwa PT. Unilever Indonesia Tbk
periode 2009-2013 memiliki kinerja keuangan yang cukup baik jika dilihat dari
hasil perhitungan rasio likuiditas perusahaan pada tahun 2009-2013 dikatakan
ilikuid. Lalu pada rasio solvabilitas perusahaan di tahun 2009-2013 dapat
dikatakan insolvable atau tidak baik. Pada rasio aktivitas perusahaan tahun
2009-2013 dapat dikatakan sudah cukup produktif. Sedangkan rasio profitabilitas
perusahaan pada tahun 2009-2013 dapat dikatakan profit.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Di era globalisasi saat ini, banyak
perusahaan yang sulit untuk mengembangkan usahanya karena harus bersaing dengan
perusahaan lainnya. Hal tersebut dikarenakan di dalam suatu kegiatan
perusahaan, pada kenyataanya sebagai fokus kinerja perusahaan lebih dicurahkan
untuk mewujudkan kinerja keuangan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan
dari suatu perusahaan adalah mencari laba yang sebesar-besarnya. Untuk mengetahui kondisi keuangan
suatu perusahaan kita perlu menganalisis kinerja keuangan dari perusahaan yang
bersangkutan. Dengan kita menganalisis kinerja keuangan tersebut akan diperoleh
keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan yang telah tercapai diwaktu lalu
dan waktu yang sedang berjalan
Laporan keuangan merupakan media
informasi yang digunakan untuk melaporkan perkembangan perusahaan baik kepada pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan. Pihak internal yaitu pemilik perusahaan dan manajemen, sedangkan
pihak eksternal yaitu kreditur, pemerintah dan investor. Bagi manajemen laporan keuangan
adalah alat untuk mengevaluasi dan pengambilan keputusan. Selain itu laporan
keuangan juga alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan
atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya
Analisis rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya
sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi
atau kinerja perusahaan. Analisis rasio juga bermanfaat bagi para investor
dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan atas keamanan dana yang akan
ditanamkan pada suatu perusahaan. Dengan demikian analisis rasio keuangan digunakan
manajemen untuk pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang,
peningkatan efisiensi dari efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja.
Penilaian kinerja dapat memberikan
gambaran pengelolaan manajemen keuangan suatu perusahaan apakah telah berjalan
sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu penghematan biaya operasional. Salah satu
penilaian kinerja keuangan adalah analisis rasio keuangan, yang gilirannya
dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen,
khususnya perencanaan dan pengendalian untuk mendapatkan tolak ukur tertentu
yang membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun sebelumnya dan
sesudahnya. Adapun rasio keuangan yang umum digunakan untuk menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas
Salah satu industri yang berkembang
di Indonesia adalah PT. Unilever Indonesia Tbk yang merupakan industri dari
luar negeri. PT. Unilever Indonesia Tbk bergerak diberbagai macam bidang yaitu,
home and personal care serta foods & ice cream. Ragam produk yang
dihasilkan juga tersebar diberbagai daerah dan masyarakat Indonesia pun
mengenal produk dari perusahaan ini.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis penulisan ilmiah
dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE
2009-2013”
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat
diambil adalah bagaimana kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk
apabila dilihat dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan
rasio profitabilitas ?
Batasan
Masalah
Batasan yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan menggunakan data laporan keuangan
perusahaan selama 5 periode yaitu dari tahun 2009 sampai dengan 2013, dengan
menggunakan perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas
dan rasio profitabilitas.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Unilever Indonesia Tbk apabila
dilihat dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas.
Manfaat
Akademis
Penelitian ini dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan penulis mengenai kinerja keuangan pada PT. Unilever
Indonesia Tbk dengan menggunakan analisis rasio keuangan seperti rasio
likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas.
Manfaat
Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dipergunakan sebagai masukan yang positif bagi perusahaan dalam
menganalisis dan mengambil keputusan dalam meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
Alat
Analisis
1. Rasio
Likuiditas, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial/keuangan jangka pendek.
a. Current
Ratio
Yaitu kemampuan
aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva
lancar yang dimiliki.
b. Quick
Ratio
Yaitu untuk
mengetahui kemampunan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan.
2. Rasio
Solvabilitas/Leverage, yaitu rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan
dibelanjai dengan hutang.
a.
Debt to Equity Ratio
Yaitu
untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dari pihak kreditur.
b. Debt
to Assets Ratio
Yaitu untuk
mengetahui berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan
hutang.
3. Rasio
Aktivitas, yaitu rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber dananya.
a. Total
Assets Turn Over
Yaitu untuk
mengetahui perputaran aktiva dalam suatu periode tertentu.
b. Inventory
Turn Over
Yaitu untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan. Dalam arti berapa kali
persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan.
4. Rasio
Profitabilitas, yaitu rasio untuk mengukur efektifitas manajemen secara
keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari
penjualan dan investasi.
1.
Net Profit Margin
Yaitu
rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan
pada setiap penjualan yang dilakukan.
2.
Return on Assets
Yaitu
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dari setiap satu rupiah aset yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perhitungan Rasio pada PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2009-2013
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
|
Rasio
Likuiditas
|
|||||
·
Current Ratio
|
100%
|
85%
|
68%
|
66%
|
69%
|
·
Quick Ratio
|
63%
|
49%
|
40%
|
39%
|
44%
|
Rasio
Solvabilitas
|
|||||
·
Debt to Equity Ratio
|
101%
|
114%
|
184%
|
202%
|
213%
|
·
Debt to Assets Ratio
|
50%
|
53%
|
64%
|
66%
|
68%
|
Rasio
Aktivitas
|
|||||
·
Total Assets Turn Over
|
2,43x
|
2,26x
|
2,23x
|
2,27x
|
2,30x
|
·
Inventory Turn Over
|
7,01x
|
6,50x
|
6,76x
|
6,92x
|
7,22x
|
Rasio
Profitabilitas
|
|||||
·
Net Profit Margin
|
16,68%
|
17,20%
|
17,73%
|
17,72%
|
17,40%
|
·
Return on Assets
|
40%
|
38%
|
39%
|
40%
|
40%
|
Sumber
: Data diolah penulis
Berdasarkan
hasil perhitungan rasio diatas maka dapat dianalisis perubahan-perubahan yang
terjadi pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :
A. Rasio
Likuiditas
1. Current
Ratio
Current ratio untuk tahun 2009-2013
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan 15%, tahun
2010-2011 mengalami penurunan 17%, tahun 2011-2012 mengalami penurunan 2% dan
tahun 2012-2013 mengalami kenaikan sebesar 3%. Hal ini disebabkan adanya hutang
lancar yang cukup besar terjadi pada tahun 2009 sebesar RP. 3.589.188, tahun
2010 sebesar 4.402.940, tahun 2011 sebesar Rp. 6.501.681, tahun 2012 sebesar
Rp. 7.535.896 dan tahun 2013 sebesar Rp. 8.419.442 (lihat lampiran Neraca). Hal
ini mengindikasikan adanya penurunan dan kenaikan kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
2. Quick
Ratio
Quick ratio pada tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun ketahun, tahun 2009-2010 mengalami
penurunan 14%, tahun 2010-2011 mengalami penurunan 9%, tahun 2011-2012
mengalami penurunan 1% sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan 5%. Hal ini
memberikan indikasi adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid yaitu berupa
kas dan piutang. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan hutang lancar pada
tahun 2009 sebesar RP. 3.589.188, tahun 2010 sebesar 4.402.940, tahun 2011
sebesar Rp. 6.501.681, tahun 2012 sebesar Rp. 7.535.896 dan tahun 2013 sebesar
Rp. 8.419.442 (lihat lampiran Neraca).
B. Rasio
Solvabilitas
1. Debt
to Equity Ratio
Debt to equity ratio untuk tahun 2009-2013
terjadi kenaikan terus menerus dari tahun-tahun sebelumnya, tahun 2009-2010
mengalami kenaikan 13%, tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 70%, tahun 2011-2012
mengalami kenaikan 18%, tahun 2012-2013 mengalami kenaikan 11% yang
mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menjamin total
hutangnya dengan modal sendiri. Debt to equity ratio periode 2009-2013 tidak
cukup baik karena angka rasionya pada umumnya diatas 100% sangat berbahaya bagi
kreditur karena jumlah hutang lebih besar daripada modal sendiri, pada tahun
2009 total hutang sebesar Rp. 3.776.415 dan modal sendiri sebesar Rp.
3.708.575, tahun 2010 total hutang sebesar Rp. 4.652.409 dan modal sendiri
sebesar Rp. 4.048.853, tahun 2011 total hutang sebesar Rp. 6.801.614 dan modal
sendiri sebesar Rp. 3.680.937, tahun 2012 total hutang sebesar Rp. 8.016.614
dan modal sendiri sebesar Rp. 3.968.365, tahun 2013 total hutang sebesar Rp.
9.093.518 dan modal sendiri sebesar Rp. 4.254.670 (lihat lampiran neraca).
Walaupun terdapat kemungkinan terbayarnya hutang dengan menggunakan laba
operasi perusahaan yang ada.
2. Debt
to Assets Ratio
Debt to
assets ratio untuk tahun 2009-2013 tidak terjadi perubahan yang signifikan.
Debt to assets ratio tahun 2009-2010 mengalami kenaikan 3%, tahun 2010-2011
mengalami kenaikan 11%, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 2%, tahun 2012-2013
mengalami kenaikan 2%. Presentase debt to assets ratio masih diatas rata-rata
industri yakni 50%, ini berarti dari jumlah aktiva pada tahun 2009 sebesar Rp.
7.484.990 yang dimiliki perusahaan dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp.
3.776.415, jumlah aktiva pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.701.262 dapat dijaminkan
untuk hutangnya sebesar Rp. 4.652.409, jumlah aktiva pada tahun 2011 sebesar Rp.
10.482.312 dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 6.801.375, jumlah
aktiva pada tahun 2012 sebesar Rp. 11.984.979 dapat dijaminkan untuk hutangnya
sebesar Rp. 8.016.614, jumlah aktiva pada tahun 2013 sebesar Rp. 13.348.188
dapat dijaminkan untuk hutangnya sebesar Rp. 9.093.518 (lihat
lampiran neraca). Apabila terjadi
krisis moneter perusahaan tidak mengalami kesulitan
dalam menutupi hutang-hutangnya.
C. Rasio
Aktivitas
1. Total
Assets Turn over
Total
assets turn over periode 2009-2013 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009-2010
mengalami penurunan 0,17x, tahun 2010-2011 mengalami penurunan 0,03x, tahun
2011-2012 mengalami kenaikan 0,04x, tahun 2012-2013 mengalami kenaikan 0,03x. Hal ini
menggambarkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk
menghasilkan penjualan. Pada tahun 2009 perusahaan menghasilkan penjualan
sebesar Rp. 18.246.872 dengan jumlah aktiva sebesar Rp. 7.484.990, tahun 2010
perusahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 19.690.239 dengan jumlah aktiva
sebesar Rp.8.701.262, tahun 2011 perusahaan menghasilkanpenjualan sebesar Rp. 23.469.218 dengan jumlah aktiva
sebesar 10.482.312, tahun 2012 perusahaan menghasilkan penjualan sebesar Rp.
27.303.248 dengan jumlah aktiva sebesar Rp. 11.984.979, tahun 2013 perudahaan
menghasilkan penjualan sebesar Rp. 30.757.435 dengan jumlah aktiva sebesar Rp.
13.348.188 (lihat lampiran neraca dan laporan laba rugi). Perusahaan lebih
efisien menggunakan aset-asetnya dalam menghasilkan penjualan, dimana hal
tersebut merupakan faktor penentu dalam pengembalian pendapatan usaha atas
investasi.
2. Inventory
Turn over
Inventory turn over untuk tahun 2009-2010
mengalami penurunan 0,51x, sedangkan tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 0,26x,
tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 0,16x, tahun 2012-2013 mengalami kenaikan
0,30x. Hal ini disebabkan meningkatnya harga pokok penjualan pada tahun 2009
sebesar Rp. 9.205.131, tahun 2010 sebesar Rp. 9.485.274, tahun 2011 sebesar Rp.
11.462.805, tahun 2012 sebesar Rp. 13.414.122, tahun 2013 sebesar Rp.
14.978.947. Serta meningkatnya persediaan pada tahun 2009 sebesar Rp. .
1.312.365, tahun 2010 sebesar Rp. 1.457.048, tahun 2011 sebesar Rp. 1.693.440,
tahun 2012 sebesar Rp. 1.937.360, tahun 2013 sebesar Rp. 2.073.115 (lihat
lampiran neraca dan laporan laba rugi).
D. Rasio
Profitabilitas
1. Net
Profit Margin
Net
profit margin tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2009-2010 mengalami
kenaikan 0,52%, tahun 2010-2011 mengalami kenaikan 0,53%, tahun 2011-2012
mengalami penurunan 0,01%, tahun 2012-2013 mengalami penurunan 0,32% tetapi
presentase masih dibawah 20%. Kondisi ini kurang baik, karena penjualan bersih
pada tahun 2009 sebesar Rp. 18.246.872, tahun 2010 sebesar Rp. 19.690.239,
tahun 2011 sebesar Rp. 23.469.218, tahun 2012 sebesar Rp. 27.303.248, tahun
2013 sebesar Rp. 30.757.435 yang dilakukan perusahaan mengalami laba yang
kurang memuaskan tahun 2009 sebesar Rp. 3.044.107, tahun 2010 sebesar Rp.
3.386.970, tahun 2011 sebesar Rp. 4.163.369, tahun 2012 sebesar Rp. 4.839.277,
dan tahun 2013 sebesar Rp. 5.352.625 (lihat lampiran laporan laba rugi). Hal
ini menggambarkan setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih
mengalami kenaikan dan penurunan.
2. Return
on Assets
Return
on assets untuk tahun 2009-2010 mengalami penurunan 2%, tahun 2010-2011
mengalami kenaikan 1%, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan 1%, tahun 2012-2013
tidak megalami kenaikan ataupun penurunan. Hal ini memberikan indikasi bahwa
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktiva pada tahun 2009 sebesar Rp.
7.484.990, tahun 2010 sebesar Rp. 8.701.262 untuk memperoleh laba bersih tahun
2009 sebesar Rp. 3.044.107, tahun 2010 sebesar Rp. 3.386.970 menurun. Pada
tahun 2011-2013 terjadi peningkatan, artinya kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktiva pada tahun 2011 sebesar Rp. 10.482.312, tahun 2012 sebesar
Rp. 11.984.979, tahun 2013 sebesar Rp. 13.348.188 untuk memperoleh laba bersih
tahun 2011 sebesar Rp. 4.163.369, tahun 2012 sebesar Rp. 4.839.277, tahun 2013
sebesar Rp. 5.352.625 meningkat (lihat lampiran neraca dan laporan laba rugi).
Return on assets periode 2009-2013
mengalami fluktuasi, tetapi fluktuasi tersebut diatas 30%. Rasio ini
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan neto cukup baik
Rangkuman
Hasil Pembahasan
Dari hasil analisis
rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas pada PT. Unilever
Indonesia Tbk tahun 2009-2013, maka dapat diketahui rangkuman analisisnya
sebagai berikut :
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Keterangan
|
|
Rasio
Likuiditas
|
||||||
·
Current Ratio
|
100%
|
85%
|
68%
|
66%
|
69%
|
Perusahaan dikatakan
ilikuid karena current ratio berada dibawah standar industri yaitu 200%
|
·
Quick Ratio
|
63%
|
49%
|
40%
|
39%
|
44%
|
Perusahaan dikatakan
ilikuid karena quick ratio berada dibawah standar industri yaitu 150%
|
Rasio
Solvabilitas
|
||||||
·
Debt to Equity Ratio
|
101%
|
114%
|
184%
|
202%
|
213%
|
Perusahaan dikatakan insolvable
karena debt to equity ratio berada diatas standar industri yaitu 100%
|
·
Debt to Assets Ratio
|
50%
|
53%
|
64%
|
66%
|
68%
|
Perusahaan dikatakan
insolvable karena debt to assets ratio berada diatas standar industri yaitu
50%
|
Rasio
Aktivitas
|
||||||
·
Total Assets Turn Over
|
2,43x
|
2,26x
|
2,23x
|
2,27x
|
2,30x
|
Aktivitas perusahaan
sudah cukup produktif karena total assets turn over berputar diatas 1x dalam
satu tahun
|
·
Inventory Turn Over
|
7,01x
|
6,50x
|
6,76x
|
6,92x
|
7,22x
|
Aktivitas perusahaan
sudah cukup produktif karena rasio perputaran persediaan yang ideal adalah 6x
dalam satu tahun
|
Rasio
Profitabilitas
|
||||||
·
Net Profit Margin
|
16,68%
|
17,20%
|
17,73%
|
17,72%
|
17,40%
|
Perusahaan dikatakan
profit karena net profit margin berada diatas standar industri yaitu 10%
|
·
Return on Assets
|
40%
|
38%
|
39%
|
40%
|
40%
|
Perusahaan dikatakan
profit karena return on aseets berada diatas standar industri yaitu 30%
|
Sumber
: Data diolah penulis
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil
uraian diatas lebih dikemukakan yaitu analisis laporan kinerja keuangan. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa posisi keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk
periode 2009-2013 jika dilihat dari rasio Likuiditas pada perusahaan dikatakan
tidak stabil, karena dilihat dari Current Ratio jumlah aktiva lancar pada tahun
2009 lebih besar dari hutang lancar, maka pada tahun 2009 perusahaan dikatakan
likuid. Sedangkan pada tahun 2010 sampai dengan 2013 jumlah aktiva lancar lebih
kecil daripada hutang lancar. Yang disebabkan adanya peningkatan kewajiban
lancar yang cukup besar terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini mengindikasikan
adanya penurunan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Jika dilihat dari Quick Ratio pada
tahun 2009 sampai dengan 2012 terus mengalami penurunan, hal ini memberikan
indikasi adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang
segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid yaitu berupa kas
dan piutang. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan kewajiban lancar dan
penurunan kas. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan, hal ini memberikan indikasi
adanya kenaikan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Kondisi perusahaan
dalam keadaan ilikuid karena perusahaan tidak dapat melunasi hutang lancar
dengan aktiva lancar.
Rasio
Solvabilitas PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari indikator rasionya yaitu
Debt to Equity Ratio dan Debt to Assets Ratio, maka perusahaan dapat memenuhi
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Debt to Equity Ratio periode
2009-2013 tidak cukup baik karena angka rasionya pada umumnya diatas 100%,
rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah hutang lebih
besar dari pada modal pemilik, walaupun terdapat kemungkinan terbayarnya hutang
dengan menggunakan laba operasi perusahaan yang ada. Jika dilihat dari Debt to
Assets Ratio periode 2009-2013 diatas 50% ini berarti dari jumlah aktiva yang
dimiliki perusahaan dapat dijaminkan untuk total hutangnya. Kondisi perusahaan dalam
keadaan insolvable karena jumlah hutang lebih besar dari pada jumlah modal.
Rasio
Aktivitas PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari indikator rasionya yaitu
Total Assets Turn Over mengalami fluktuasi pada tahun 2009-2013. Hal ini
menggambarkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva mengalami kenaikan
dan penurunan setiap tahunnya. Inventory Turn Over untuk tahun 2009-2010
terjadi penurunan, sedangkan tahun 2010-2013 mengalami kenaikan, artinya
rata-rata persediaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Dilihat dari
kedua indikator rasionya dapat dikatakan efektif karena tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya perusahaan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun
ketahun dan aktivitas perusahaan cukup produktif.
Rasio
Profitabilitas PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari indikator rasionya yaitu
Net profit margin dari tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi, hal ini
menggambarkan setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih mengalami
kenaikan dan penurunan. Tetapi masih dibawah 20%, kondisi ini kurang baik
karena penjualan bersih yang dilakukan perusahaan menghasilkan laba yang kurang
memuaskan. Return on Assets tahun 2009-2010 mengalami penurunan, sedangkan
tahun 2010-2013 mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan tingkat pengembalian
aktiva mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Dilihat dari kedua
indikator rasionya dapat dikatakan profit karena laba yang dihasilkan pada
umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Berdasarkan
hasil analisis kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia tahun 2009-2013.
Perusahaan memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, walaupun dilihat dari
rasio likuiditas perusahaan dalam keadaan inlikuid dan jika dilihat dari rasio
solvabilitas perusahaan dalam keadaaninsolvable dan perusahaan juga menjalankan
aktivitas perusahaan dengan efektif. Dan dilihat dari rasio profitabilitas
perusahaan dalam keadaan profit.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
penulis memberikan saran sebatas pengetahuan penulis yaitu, dengan meningkatnya
tingkat likuidasi dari tahun ke tahun yang diperoleh PT. Unilever Indonesia
Tbk, memudahkan perusahaan ini untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan segera. Perusahaan hendaknya
memikirkan kembali kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya agar dapat mempertahankan
atau bahkan meningkatkan lagi tingkat likuiditas.
Rasio solvabilitas pada PT. Unilever
Indonesia Tbk sudah cukup baik, namun Debt to Equity Ratio nya harus
diperhatikan karena diatas 100%. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara
meningkatkan laba yang diperoleh dan mengurangi hutang.
Untuk meningkatkan tingkat
aktivitas, perusahaan disarankan dapat memperbaiki kinerja keuangannya melalui
pemberdayaan aktiva yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan/penjualan
sehingga akan meningkatkan perputaran assets.
Rasio profitabilitas dapat
ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah penjualan, sehingga penghasilan
yang didapat juga meningkat. Selain itu biaya-biaya harus ditekan seefektif
mungkin sehingga modal perusahaan dapat dipergunakan dengan baik.
Perusahaan sudah dalam keadaan
kinerja keuangan yang cukup baik jika dilihat dari rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas, hanya pada rasio likuiditas dan solvabilitas saja yang
memerlukan peningkatan kembali.
DAFTAR
PUSTAKA
Darsono,
MBA., Akt & Ashari, SE., Akt. 2005. Pedoman
Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Keown,
Arthur J., et al. 2008. Prinsip dan
Penerapan Manajemen Keuangan. PT. Indeks
Sartono,
R, Agus. 2005. Manajemen Keuangan Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Soewarso,
dkk. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Karunika Universitas Terbuka.
Adi
Kusumo, Yunanto. 2008 “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode
2002-2007 dengan pendekatan PBI”.http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/165/130. 03 Juli 2014
Firmansyah Saragih, Arie. 2011 “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional”. http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jakt/article/download/656/460. 03 Juli 2014
Nanda
Wijaya, Maruf. 2012 ”Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan
Pada PT. PLN periode 2007-2011”.http://library.gunadarma.ac.id/epaper. 02 Juli 2014
Ratna
Dewi, Farida. 2010 “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode Economic
Value Added”. http://manajemen.fem.ipb.ac.id/images/uploads/4._Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan.pdf. 03 Juli 2014
Welas.
2005 “Analisis Kinerja Keuangan dengan PendekatanSistem DU PONT”. http://fe.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/5d-JURNAL-4-WELAS.pdf. 03 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar